Jadwal perjalanan saya berantakan gara-gara kereta api ke Udaipur nggak datang-datang. Saat itu jam menunjukkan pukul 12 malam, dan perkiraan kereta datang pukul 2 dini hari. Delaynya nggak kira-kira huvt. Mana mata sudah 5 watts, tidak kuat lagi menahan kantuk, dan tidak mau menunggu lebih lama. Akhirnya saya memutuskan untuk memutar haluan ke Agra dulu yang seharusnya menjadi kota terakhir di perjalanan ketiga saya ke negeri Hindustan.
Saya keluar stasiun dan nyari bajaj buat ke terminal. Beruntung bus ke Agra dari Jaipur selalu ada. Sialnya, saya ditipu calo. Dari awal dia mengatakan ada pendingin udara di dalam bus. Giliran bus datang, pendingin udara nggak ada. Sudah terlanjur bayar dan calo pergi, sementara mau ngamuk juga nggak bakalan digubris oleh kondektur karena dia nggak tahu menahu akad perjanjian saya dengan calo. Saya ngotot minta bus dengan pendingin udara pasalnya karena India saat itu sedang musim panas. Alhasil saya terpanggang di dalam bus selama 6 jam perjalanan ke Agra. Boro-boro bau harum kue yang baru matang dipanggang, tubuh saya makin bau asem kecut. Jam 5 pagi saya sampai di Agra dengan menumpang bus semalam dari Jaipur.
Karena memutar haluan, otomatis beberapa bookingan hotel di beberapa kota tujuan saya batalkan dan memesan ulang. Ada yang refundable, ada yang nggak, Rugi bandaaaaaaaaarrr huvt. Karena dadakan juga ke Agra, saya tidak ada bookingan hotel di Agra. Saya nekat saja datang ke hotel-hotel di sekitaran Taj Mahal. Beruntung hotel yang saya datangi ada kamar dan memperbolehkan saya check in lebih awal pukul 6 pagi. Lumayan bisa mandi dan rebahan sebentar. Niatnya sih rebahan sebentar, malah saya kebablasan tidur bhuahahaha.
Setelah mandi saya keluar hotel dan naik bajaj ke terminal bus di Idgah, nyari minibus jurusan Fatehpur Sikri. Dulu waktu pertama kali ke India saya sudah pernah ke Fatehpur dengan sewa mobil karena memang waktu itu rombongan empat orang. Sekarang saya solo trip, jadi mau nggak mau harus naik kendaraan umum untuk ngirit. Kenapa saya ke Fatehpur Sikri lagi? Padahal dulu sudah pernah. Kepalang tanggung jika sudah di Agra tidak ke Fatehpur. Istilahnya satu paket kunjungan gitu.
Setelah menempuh perjalanan selama 01:30 saya sampai di terminal Fatehpur. Lokasi wisata tepat di atas terminal. Baru turun dari bus, ada mas-mas yang datengin saya menawarkan jasa guide selama di Fatehpur. “Only 600 Rupee sir for whole area, including ticket”. Saya mengiyakan meski tahu kalau guide di Fatehpur Sikri adalah abal-abal alias scam. Kenapa saya mengiyakan? Karena saya butuh orang untuk memotret saya wkwkwkw.
Fatehpur Sikri pernah menjadi ibu kota Kesultanan Mughal selama 14 tahun saat pemerintahan Sultan Akbar pada abad ke-14. Sebelum akhirnya benar-benar ditinggalkan begitu saja. Sakit memang ditinggalkan begitu saja huhuhu. Di kompleks ini terdiri dari beberapa bangunan seperti masjid, makam, benteng, dan istana, dengan dominasi warna merah bata. Mas guide membawa saya masuk ke masjid melewati Buland Darwaza yang megah dan mulai mengoceh layaknya guide beneran. Saya hanya manggut-manggut acuh, karena memang saya nggak butuh informasi sejarah yang sudah saya baca sebelumnya. Buland Darwaza yang berarti Gerbang Kemenangan merupakan gerbang tertinggi di dunia, dibangun oleh Sultan Akbar untuk memperingati kemenangannya melawan Gujarat.
Saya diajak keliling masuk area masjid yang luasnya beberapa kali lapangan sepak bola, katanya kalau Ramadan penuh orang. Melewati makam dan pedagang. Mas Guide menyeret saya ke pedagang kerajinan marmer. Mas Guide gondok seketika saat saya menolak membeli. Dia makin bete ketika saya nggak mau beli kain untuk didonasikan ke makam Sheikh Salim Chisti. Gila saja harganya 500-600an Rupee. Kebiasaan di India memang mendonasikan kain untuk selimut makam kepada orang yang dihormati.
“Pray inside please, this is holy man tomb, you have to make donation”. Dia menawarkan donasi yang lebih murah yaitu membeli benang untuk diikatkan ke tembok-tembok di makam. Saya pun menolak, dan dia makin meracau ngamuk wkwkwkwk. Aukh akh gelap.
Dari seluruh bangunan di Fatehpur Sikri yang menggunakan batu bata merah, makam Sheikh Salim Chisti sendiri yang menonjol karena seluruhnya menggunakan marmer putih. Makam beliau dibangun oleh Sultan Akbar karena beliau seorang sufi yang dihormati oleh Akbar. Konon karena doa beliau, Sultan Akbar memiliki keturunan laki-laki yang dinamakan Salim sebagai penghormatan kepada guru besar.
Seorang sufi yang dihormati pada masanya, makamnya digunakan untuk memalak turis yang datang. Seperti dibiarkan, praktik memalak turis di tempat ibadah memang sangat terkenal di India. Dari mulai kuil hingga masjid, hampir terjadi di seantero India.
Karena Mas Guide sudah mulai bete, dia motoin saya secara ogah-ogahan. Lagian masnya nggak bisa motret, banyak hasil jepretannya yang blur. Huvt sialan. Saya terhindar scam di Fatehpur Sikri, tetapi saya sendiri sengaja kena scam oleh Mas Guide. Dia bilang 600 Rupee sudah termasuk tiket untuk memakai jasanya. Saya tahu persis kalau masuk ke masjid itu gratis. Yang bayar hanya di kawasan istana dan benteng yang tiketnya 550 Rupee. Jika dia mengajak saya ke sana, dia hanya akan laba 50 Rupee saja atau hanya 10 ribu saja. Toh saya memang tidak tertarik ke istana karena sudah pernah, lebih fotogenik di area masjid menurut saya.
Sebelum kembali ke Agra, saya makan siang Ayam Tandoori di kedai yang ditunjuk Mas Guide dekat terminal. Entah dia memang dapat komisi dari pemilik kedai atau nggak, yang jelas saya jadi canggung sebab makan ditungguin dan dilihatin. Emang ya sultan kalau makan memang ditunggu sama punggawanya.
Happy Traveling
25 tanggapan untuk “Sengaja Kena Scam di Fatehpur Sikri”
Aku ra rene. Hufff
Salah ra rene
Hahaha, antara kasian sama mau ketawain si mas guide-nya
Ketawain aja sampek puas
Foto framing-nya bagus-bagus bangeett…
Ah makasih ๐
Itu yang foto mas beneran guide nya ya ?? Wahh insting fotografi nya lumayan juga untuk ukuran guide abal-abal.. hhehe
Beberapa bagus, tetapi kebanyakan miring dan gak sesuai keinginan ehehehe. Ini aja disortir dari sekian banyak jepretan eheheh.
Hhhahaha.. mungkin ke depan para guide ini perlu juga dikasih pelatihan fotografi biar para solo traveler ga perlu pusing2 lagi ya kan.. hhehe
Terus mereka pensiun jadi guide dan jadi fotografer aja wkwkw
Double job kan bisa bang
Double job kan gpp mas
Males banget kalau lagi traveling malah ketemu scamer
Emang malesi mas ehehe, tetapi scammer adalah bumbu traveling ๐
aku rada ga sabaran ke india thn depan :D. tp untungnya ada suami ntr. pgn liat aja separah apa sih scam di sana.kalo dgr cerita semua temen2 yg udh ke india, kyknya agresif bgt yaaa org2 yg nawarin scam :p.. kalah vietnam ama china ๐
Eh di Tiongkok banyak scam ya? Kok aku nggak nemu satupun waktu ke sana ehehehe. Bahkan di Vietnam juga kok aku gak ketemu scammer ๐
Ah tenang saja, India tidak semenyeramkan itu kok ๐
Hahaha.. ngesakne mas guide e. Kalah sama prince Alidabab hah
Iku foto sing nomor dua dari bawah koyok cover bukune Agustinus Wibowo kwkwkwk
Kuwi guide e gak diajak foto bareng? Hahahaha. Ben gak mesakke muring2 terus hahaha
Banyak yang bilang gitu, mirip sama sampul bukunya mas Avgustin ahahaha.
Nah iya aku lali nggak selfie karo masnya ๐
Guide-nya bau kelek gak, Prince Alid Ababwa?
Enggak tuh ๐
Wahahah seru juga ya pengalaman kena scamnya mas. Keknya guidenya untung besar deh…
Ada-ada aja.
Yang lain ngindarin scam.
Ini malah sengaja kena.
hahaha enaknya ada pengawal meskipun rodo megelno yo
Wah fotonya keren keren