Setelah menempuh perjalanan melelahkan dengan naik motor selama 7 jam lebih melewati hutan gambut, sungai, akhirnya sampai juga di Ibukota Propinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Perjalanan sempat terhenti lama karena hujan deras, saking lamanya kita nekad melawan hujan tanpa jas hujan. Syukurlah sampai Palangkaraya semua baju basah jadi kering lagi karena angin hehehe.
Istirahat sebentar di Taman Kota serta tanya-tanya orang sekitar, seperti biasa orang lokal kalau ditanya tempat-tempat wisata daerahnya hampir 98% tidak tahu. Dan jujur saya ke Palangkaraya juga nggak sengaja jadi saya tidak menyiapkan daftar tujuan wisata. Otak blank tidak tahu harus kemana jadi saya mikir pasti ada museum atau setidaknya pusat informasi Suku Dayak. Akhirnya dapat pencerahan juga dari seorang ibu-ibu kalau untuk Museum Suku Dayak bisa ke Museum Balanga. Tanpa pikir panjang lagi kami langsung menuju ke Museum tersebut yang terletak di Jalan Tjilik Riwut.
Sangat mudah kami menemukan Museum Balanga, kesan waktu pertama kali masuk adalah sepi tanpa pengunjung satu pun. Bisa dibilang kami adalah pengunjung satu-satunya saat itu. Petugas museum pun sepertinya santai-santai karena tidak ada pengunjung satu pun. Ditemani petugas museum kami siap menjajah museum satu-satunya di Palangkaraya. Museum benar-benar terasa sedikit menyeramkan karena sunyi senyap dan hanya ada kami dan petugas saja.
Museum Balanga menawarkan berbagai koleksi-koleksi kebudayaan Suku Dayak, suasana tradisional Suku Dayak terasa kental ketika memasuki museum. Museum terdiri dari 2 lantai dan disusun rapi sedemikian rupa sesuai kategori. Dimulai dari adat kebiasaan Suku Dayak tergambar jelas, pot-pot dari tanah liat dan keramik serta besi-besi lainnya, baju adat, senjata tradisional. Miniatur Rumah Betang (Rumah Adat Suku Dayak) pun ada. Kesimpulannya saya puas dengan sajian Museum Belanga yang sangat lengkap menggambarkan Suku Dayak.
Yang menjadi pertanyaan saya sebenarnya itu kenapa banyak sekali simbol-simbol Naga Cina di Palangkaraya yang merupakan hewan agung Suku Dayak selain Burung Enggang, kalau Burung Enggang sudah jelas karena di sana banyak sekali spesiesnya, tapi Naga?. Saya sempat menanyakan hal tersebut kepada petugas museum yang asli keturunan orang Dayak tapi saya tidak mendapat jawaban yang benar-benar memuaskan, katanya sudah dari leluhur begitu. Kalau ditelurusi lebih jauh lagi budaya Suku Dayak jauh dari budaya orang-orang Tionghoa.
Simbol-Simbol Naga di Taman Kota Palangkaraya
Menurut referensi yang saya dapatkan di internet bahwasanya sekitar tahun 3000-1500 SM di Yunnan, Cina Selatan, terjadi migrasi besar-besaran. Mereka berpencar ke pulau-pulau yang mereka temukan salah satunya adalah Borneo. Suku Yunnan itulah yang menjadi cikal bakal Suku Dayak di Pulau Kalimantan atau dikenal dengan βMelayu Tuaβ. Suku Dayak terpecah menjadi banyak sekali suku-suku seperti Dayak Iban, Dayak Meratus, Dayak Ngaju, Dayak Banjar, dan masih banyak lagi yang saya sendiri tidak hapal, toh yang itu juga copy paste dari Wikipedia hehe. Kalau memang akar nenek moyang berasal dari Yunnan, Cina, pantesan orang-orang Dayak itu putih-putih dan matanya sedikit sipit.
Pose ah π
Wonderful Indonesia and happy traveling!!!
21 tanggapan untuk “Mengenal Suku Dayak di Museum Balanga”
Wuaahh. Mampir ke Sampit bang, kota gue tuh. Tapi yang gue tau wisatanya cuma pantainya doang haahah XD
nggak, terlalu mepet waktunya hehehe, kalau cukup mah seluruh kalimantan gue jelajah hehe
Hahaha. Gimana hujannya bang? Udah dguyur berapa kali di sana? XD
Oh ya tawaran lo tentang menulis-tentang-jombang mungkin udah gue mulai bang. Sukses! π
cie cie tahu bunder yak haha
Hahaha
Dayak ada jugak kat Sarawak, Malaysia. Aku suku kaum Bajau + Kadazan Dusun. Bukan Malay ^___^
Yup Dayak menyebar ke berbagai daerah di Borneo hehehe,,, rata-rata orang Malaysia di Borneo bukan Melayu tapi Dayak π
saya lahir di kalimatan saja tidak pernah kesana…. mungkin setelah melihat ini harus sudah di rencanakan untuk kembali ke sana deh… main main saja ya…
wah bang, lahir di kalimantan mana neh? semoga cepat kembali ke kampung halaman hehe
PR saya banget tuh menjelajah Kalimantan. tempo hari udah nyaris masuk rimba, apadaya turun hujan deras π
Lebih seru kan kalau hujan begitu π
pantesan mata orang dayak itu rada-rada sipit gitu.
trus kulitnya putih kaya tionghoa
mungkin emang bener dari tionghoa kali ya
hehehe
awalnya gue mikir gitu hel, tapi beneran deh, orang2 dayak agak2 sipit matanya
sebuah kekayaan budaya mari kita jaga dan lestarikan
yukk, mampir ke kampung Dayak Krayan (Lundayeh) yang ada di perbatasan Malaysia.. π
ah nanti klo ada kesempatan mampir ah hahaha
Wahhh, jadi iri sama si mas ini, hobinya keren mas…
Tapi berbicara masalah naga yang katanya dari cina, dan orang-orang dayak juga dari cina menurut wikipedia, bagaimana kalau sebaliknya? tionghoa / bangsa mongol itu merupakan bagian hasil migrasi orang-orang sunda purba atau nusantara, karena ternyata peradaban dibumi yang paling tertua adalah di bumi Nusantara, indonesia kita tercinta ini.
http://www.tandagenap.com/
Ada catatannya? boleh dong dishare klo ada π
Nice blog π for your info,, saya dari kalimantan dan mulai menyusuri leluhur saya pas kuliah. Dayak memang suku minor dari china.kakek saya dan ketua2 suku adat tahu itu.china yg anda lihat di indonesia itu suku mayor yaitu suku Han,manchu dsb china itu budayanya juga beraneka ragam gak cuma lampion merah. Budaya yang kita lihat di Indonesia dan asia pada umumnya budaya suku Mayor china yaitu Hakka,atau hokkian yg dari Han. Barang2 adat dayak dijual di salah satu situs online chinese minority tribe google saja π Hidup Indonesia!
Hidup Indonesia, wah terima kasih tambahannya, menambah pengetahuan saya ^__^
Rumahku di palangkaraya, tapi aku gak tau ini museum dimana π
Di sampit pun belum nemu domisili asli suku dayak. duh, gagal jadi orang kalimantan dong aku.