Kurangnya Senyum Peserta Pawai Budaya Jombang 2019

“Warbiyasak”, satu kata untuk menggambarkan event Pawai Budaya Jombang tahun ini yang bertajuk “Jombang Banget”. Dari sekian Pawai Budaya yang digelar Dinas Pendidikan Jombang, tahun 2019 ini adalah gelaran terbaik dari yang sudah-sudah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang selaku penyelenggara harus diapresiasi setinggi-tingginya. Belajar dari Pawai Budaya yang dulu-dulu yang acaranya memang berlangsung meriah, tetapi kemasannya sangat semrawut. Kali ini pawai berlangsung sangat rapi dan epik sekali.

Pertama yang harus diacungi jempol adalah pengaturan penonton. Kalau dulu penonton merangsek sampai ke tengah jalan dan menghalangi peserta pawai. Bahkan petugas keamanan sampai emosi menertibkan penonton yang nakal. Tahun ini penonton menonton dari pagar besi yang dipasang penyelenggara. Yah meski masih ada yang nakal menerobos masuk seperti saya untuk memotret bhuahahaha. Karena jalanan steril dari penonton, saya dengan leluasa memotret tanpa bocor. Coba saja tahun depan dibuatkan pas masuk khusus untuk fotografer yang memang minat memotret pawai tanpa harus kucing-kucingan dengan petugas keamanan. Mungkin pendaftaran untuk mendapatkan pas masuk fotografer bisa dibuka sebulan sebelum acara berlangsung.

Karena sudah percaya dengan pagar besi, petugas keamanan di lapangan sangat minim. Semuanya berkumpul di sekitaran area start. Sehingga setelah perempatan RSUD Jombang, banyak pagar besi yang jebol kawatnya dan penonton menerobos masuk. Lubang pagar besi juga masih terlalu lebar, sehingga yang kurus-kurus pun bisa masuk dengan gampang.

Kostum peserta bisa dibilang cukup monoton dengan kostum segede gambreng, lengkap dengan sayap malaikat yang super lebar. Pawai zaman now memang kostumnya yang paling laris adalah yang model fusion, atau perpaduan antara tradisional dengan sesuatu yang mungkin lebih kekinian. Pokoknya dipadu padankan dengan apa saja asal menghasilnya sesuatu yang enak dilihat dan terlihat megah. Saya sih bosan melihat yang seperti itu. Saya lebih merindukan melihat peserta memakai kostum adat dari daerah-daerah di Indonesia. Mungkin judulnya diubah saja jadi Fashion Carnival dari pada Pawai Budaya yang kurang sentuhan budaya tradisionalnya.

Eits bukan berarti kostum peserta tidak ada yang bagus. Beberapa menjadi favorit saya. Seperti SMP 2 Jombang dengan tema Jago Manten Jombangan. Yang seluruhnya memakai pakaian adat Jawa. Terlihat sederhana, tetapi sangat menarik perhatian saya. Kemudian yang menjadi bintangnya adalah pasangan pengantin Jawa yang tampak sangat serasi sekali. Yang cowok ganteng, yang cewek cantik. Siapa yang nggak baper lihat pengantin Jawa begini.

Kemudian dari SMKN 3 Jombang dengan tema Remo Boletan. Seluruh peserta memakai kostum penari remo tanpa atasan. Memang seharusnya yang begini yang betul. Pakemnya pakaian remo adalah memang tanpa atasan. Kalau memang kostumnya tanpa atasan, ya tidak usah lagi ditutupi dengan layer berwarna coklat yang menyerupai warna kulit. Nggak usahlah niru-niru tayangan televisi yang takut kena semprit KPI. Memang kok KPI sendiri aturan sensornya nggak jelas. Sembarang film kartun Spongebob saja bagian kutang Shandy sang tupai diburamkan segala. Pakaian renang Shizuka saja juga kena sensor. Pernah lihat juga tayangan tentang peternakan sapi perah. Teteknya sapi waktu diperah susunya loh disensor dengan cara diburamkan. Yawlaaaa siapa juga yang birahi lihat teteknya sapi huvt.

Tahun ini juga penyelenggara melarang segala jenis kendaraan hias. Memang sudah benar menurut saya. Pawai Budaya dengan kendaraan hias merusak pemandangan dan mencuri perhatian. Yang seharusnya semua perhatian untuk peserta, malah teralihkan ke kendaraan hias. Peserta sudah capek-capek dandan menor sejak beberapa jam acara dimulai. Sudah pakai kostum keren. Eh tertutup dengan tampilan kendaran hias yang megah. Karena kendaraan hias dilarang, konsekuensinya peserta harus jalan kaki penuh dari awal hingga akhir. Capek memang. Tapi memang harus siap capek kalau mau ikutan pawai. Penonton juga capek tauk hwehehe.

Gelarannya memang warbiyasak bukan berarti tanpa kekurangan. Emang ya dasar saya yang tukang nyinyir dan tukang komplain hwehehehe. Tetapi ada beberapa bagian yang menurut saya kurang. Salah satunya adalah peserta juga dilarang membawa sound system sendiri. Musik disediakan oleh panitia dengan memasang speaker gede di beberapa titik. Mungkin niatnya untuk mengurangi kebisingan, tetapi koreografi peserta jadi ancur nggak sinkron dengan musik yang diputar panitia. Gerakannya apa, musiknya apa. Instrumen musik yang diputar sungguh kurang menarik dan sangat monoton. Alangkah baiknya jika peserta diperbolehkan membawa sound system sendiri, sehingga gerakan tarian yang dibawakan peserta lebih yahud dan mantap.

Kemudian yang paling bikin gregetan adalah peserta sangat susah untuk tersenyum. Mimpi buruk bagi fotografer abal-abal seperti saya. Kostumnya udah kece, gesture-nya udah oke, eh senyumnya enggak ada. Nggak enak banget untuk difoto dan dilihat. Beberapa kali saya mencoba meminta peserta untuk tersenyum, tetapi hanya dibalas senyum kecut. Wasyem wkwkkw. Ya mungkin peserta capek dan kepanasan. Mereka seperti terpaksa berjalan mengikuti pawai. Beda sekali saat melihat pawai di luar kota yang para pesertanya sangat antusias sekali. Dari mulai start sampai finish, mereka menari dan tersenyum riang sepanjang jalan.

Apapun itu, saya tetap menantikan Pawai Budaya Jombang tahun depan. Mau panas dan macet bakalan saya belain buat nonton deh. Ayo datang ke Jombang!

17 tanggapan untuk “Kurangnya Senyum Peserta Pawai Budaya Jombang 2019”

  1. Setelah saya membaca ini, saya kepikiran bagaimana kalau kamu jadi petugas keamanan. Tiap lihat ada penonton yang nakal ingin merangksek ke jalan. Langsung kamu semprot kakakakakakka

    1. Lha wong aku aja nakal nyerobot juga wkwkwkw

      1. Yen orak nyerobot, aku malah heran. Hahahaha

  2. Sayang bgt pd manyun gitu yak, tp ya bener sih mungkin mereka udah capek, lelah, letih, lesu. Wkwkwk
    Meski begitu, keren lah Jombang ada event begini

  3. Salut sama peserta yg pake karnaval lengkap sama paes dan kembang asli, cakep dan anggun lagi hehe, kasian yg cowo udah mandi keringat kebakar matahari haha…

  4. kisah ini mirip-mirip di temanggung yang masih harus menemukan karnaval yang ciamik, mulai dari panitianya samapi pesertanya. kostumnya sudah lumayan keren ini tapi senyum memang sangat saat karnaval walau capek ya

  5. acara nya meriah banget, ga pernah nonton

  6. Wkwkwk asem. Udah seneng dipagerin malah dia sendiri nerobos haha. Berarti kalau yang kurus kayak aku bisa dong nerobos pagarnya ya? ๐Ÿ˜›

    Btw kalau pesertanya gamau senyum, foto dirimu sendiri aja beb hahaha

    1. Kurus kayak mau mah masuk lubang pagar kwkkw

  7. Jalannya jauh kali makanya mereka malas senyum, karena hemat tenaga untuk jalan di panas terik

  8. Avatar Fanny Fristhika Nila
    Fanny Fristhika Nila

    pengeeeeen banget bisa liat pawai begini. dipikir2, kayknya aku ga pernah sih ngeliat pawai yg bener2 khas indonesia gini. palingan yg dilihat pawai kendaraan hias pas 17an wkwkwkw… ga seru. aku lbh suka pawai dengan tema baju tradisional kayak gini.. Kapan lg bisa ksh liat anak2ku ttg baju2 tradisional khas indonesia dalam 1 parade gini :). semoga bisa melihat lgs ke jombang thn depan mas.

  9. Avatar M Habir Kartayasa
    M Habir Kartayasa

    Luarbiasa photograph kayak mas Alid. Ya seharusnya diberikan kesempatan yang baik oleh pihak pengaman untuk teman-teman dokumentasi..

    Lanjutin mas.. โ˜…โ˜…โ˜…โ˜…โ˜…

    1. Terima kasih Mas Habir sudah mampir di blog aku ๐Ÿ™‚

  10. semangat terus mas, semoga semakin sukses

  11. lek gak gelem guyu berrti sakit untu luuurrr.. heheheehehee

  12. tiap kali nonton pawai pasti penonton pada merangsek maju, heuheuheu. bagus ini idenya, dikasih pagar