Panas, satu kata itu yang tepat untuk menggambarkan Semarang. Ibu kota provinsi Jawa Tengah ini mempunyai sejarah panjang. Dimulai pada abad ke-6, saat itu Semarang bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Laksamana Cheng Ho pernah singgah dan berlabuh di sini dan mendirikan masjid serta kelenteng. Inggris, Jepang, dan Belanda pernah menduduki kota yang mempunyai slogan Atlas. Tak heran jika akulturasi budaya begitu kental di Semarang. Masih banyak bangunan tua dan bersejarah yang menarik untuk dikunjungi. Ragam kulinernya juga menggoyang lidah. Jadi meski panasnya minta ampun, Semarang bisa jadi pilihan untuk berwisata keliling kota dan wisata kuliner.
Letak Semarang yang strategis menjadikannya mudah untuk dijangkau dari mana saja. Misalnya jadwal kereta Semarang Solo yang ditempuh hanya dalam waktu 2 jam 30 menit. Jurusan Jakarta Surabaya pasti melewati Semarang jika melewati jalur utara. Jalur kereta apinya memang komplit dengan berbagai jadwal dan tujuan antar kota dalam maupun antar provinsi. Terang saja, Semarang adalah kota di mana lahirnya kereta api di Indonesia pada zaman Belanda. Jadi apa yang menarik di Semarang?
Kota Lama
Yang demen foto bisa ke kawasan Kota Lama Semarang. Di sini banyak spot-spot menarik yang fotogenik. Lumayan buat menambah galeri Instagram. Di kawasan ini masih banyak bangunan tua dengan arsitektur gaya Eropa abad 16 yang khas dengan ornamen pintu dan jendela yang super lebar. Banyak muda-mudi yang riwa-riwi di kawasan ini menenteng kamera. Apalagi kalau nggak hunting foto dengan tema vintage.
Gereja Blenduk
Aslinya bernama Gereja Protestan Indonesia Barat Immanuel, tetapi masyarakat Semarang lebih mengenalnya dengan Gereja Blenduk karena kubahnya yang memang mBlendug. Umur gereja ini sudah lebih dari 2 abad. Meski tua, tetapi masih tetap kokoh berdiri dan masih dipergunakan untuk ibadah. Sempatkanlah masuk ke dalam gereja jika ingin melihat alat musik organ yang masih asli sejak dibangun. Yah meskipun organnya sudah tidak dipergunakan lagi saking rapuhnya. Kayak hatiku yang juga rapuh. Halah.
Lawang Sewu
Ke Semarang nggak ke Lawang Sewu bagaikan makan nasi tapi gak ditanak. Beras dong! Dahulu bangunan bekas kantor perkereta-apian ini angker banget. Beberapa kali dijadikan syuting acara reality show horor-horor gitu. Sekarang ramai pengunjung, setannya pergi semua mengungsi. Tahu nggak kalau bangunan tua berarsitektur Belanda ini umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Daripada masuk ke dalam bangunan, saya lebih suka foto dari luar bangunannya.
Kelenteng Sam Poo Kong
Laksamana Cheng Ho singgah di Semarang, sebelum meninggalkan Jawa beliau membangun tempat ibadah sederhana. Nggak disangka sekarang menjadi megah yang menarik banyak turis berbagai kalangan. Masuk ke area kelenteng rasanya seperti berada di Tiongkok dengan ornamen-ornamen khas Tionghoa. Warna merah yang menyala mendominasi bangunan di sini.
Keliling dan foto-foto ke Eropa dan Tiongkok sudah, lapar nggak? Hayuk makan! Semarang memiliki segudang kuliner yang siap memanjakan lidah. Saya rangkum beberapa saja yak, kalau saya tulis semuanya takut penggemar lapar mata dan jilatin layar monitor atau hape hehehe.
Nasi Goreng Babat Pak Karmin
Nasi goreng apa serunya? Eh jangan salah. Kedai kaki lima di dekat Jembatan Berok ini sangat legendaris. Bagi saya yang orang Jawa Timur nggak pernah makan nasi goreng dengan campuran babat sapi di dalamnya. Awalnya saya merasa aneh, tetapi begitu menyendok suapan pertama. Maknyussss!!! Lezatnya nendang sampai ubun-ubun. Nikmatnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya kalau ke Semarang wajib nyobain Nasi Goreng Babat Pak Karmin ini.
Lunpia
Orang Jawa Timur nyebutnya Lumpia. Saya pikir mereka salah ketik ketika saya pertama kali ke Semarang. Ternyata semua kedai menggunakan tulisan Lunpia. Saya penggemar gorengan level akut, jadi Lunpia jadi menu wajib jika berkunjung ke Semarang. Banyak kedai yang terkenal di Semarang. Mulai dari Lunpia Gang Lombok, Lunpia Jalan Mataram, Lunpia Cik Me Me, Lunpia Express, Lunpia Amoy. Semuanya enaaaaaaaaakkk!!! Lunpia di Jawa Timur sudah mengalami modifikasi, mulai dari yang isinya mi telur, wortel, tauge, dan lain-lain. Kalau di Semarang resepnya masih otentik.
Sudah ya jangan banyak-banyak, nanti ngiler tidak tertahankan. Pokoknya kamu wajib berkunjung ke tempat yang sudah saya tulis di atas, dan cobain kulinernya yang menggiurkan lidah jika kamu ke Semarang. Happy traveling!
38 tanggapan untuk “Jalan dan Jajan di Semarang”
Anjaaaaaay demi apa kamu blogpost mak? Wkkwkwkw
Btw naik odong2 di Simpang Lima ngapa gak dimasukin??? Itu kan seruuuuu! Wkwkwkwkkw
Aku kangen nasi goreng pak karmin huhuhu. Duh aku isyin naik odong-odong bareng orang-orang alay bhuahahaha
Udah lama tak pergi sana. Nothing much to do
much things to do :p
baru tau ada nasi goreng babatnya, kemarin karena terbatas waktunya jadi ga sempat kulineran
Klo ke Semarang lagi cobain deh nasi goreng babatnya. Wendesss
Semarang-semarang kota kenangan…
Lah emange saiki wis pindah?
kenapa gak ada Asem Asem Koh Halim?
Gundulmu hahaha
Waaah, kota dimana saya dibesarkan. Cobain Tahu Gimbal nya mas, trus langsung nyanyi Reggae. Yoman!
Udaaaaahhh dan pengen tahu gimbal lagi haha
Tahu gimbal sebelah mana mas? Percis kayak temenku dr Cirebon, tiap hari selama 3 hari minta makan tahu gituan terus. Wkwkwkw. Enjoy Semarang 🙂
Wah bisa rekom tahu gimbal yang enak gak? Aku jajannya tahu gimbal pinggir jalan hehe. Untung enak dan gak fail
Kalo di Semarang tahu gimbalnya enak semua mas Insya Allah, bahkan yg gerobakan dipinggir jalan. Kalo rekomen saya yg bikin nagih ada di Jalan Hassanudin No. G6 (Dekat Stasiun Poncol), nama warungnya Tahu Gimbal Nugroho, di maps ada. Warungnya sederhana dan murah lagi, hehehe. Semoga cocok dgn selera.
Siap kapten nanti klo ke Semarang lagi wajib nyobain
Ntaps betul.
Nasi goreng pak karmin. Oke, tak iling iling terus saiki. Setiap mau ke Semarang mau nyari nasi goreng pak Karmin tapi nggak tau. Soale lali.
Jo lali aku tukokno pisan, bungkus karet telu warna abang
pedes banget berarti? koyok lambene sampean
Baca dari atas, tulisan rapi jali, hampir ga ada typo… Lalu nemu lunpia, dikira typo! Ternyata beneran lunpia ya. Hahaha. Nasi goreng babat di sana memang top, Mas! Saya terakhir ke Semarang sampe 2 kali makan di sana. Biasanya kalo lagi liburan, ogah makan 2 kali di tempat yang sama karena pengen eksplor.
Duh aku tersipu dipuji rapi jali sama mas-mas jurnalis ehehehe. Nah kan enak beneran kan? Jadi ngiler aku hahaha.
Waktu SMP aku sekolah di Semarang. Air yang kuminum dan nasi yang kumakan selama di sana ikut membentuk aku seperti sekarang. Jadi tiap kali membaca tentang Semarang dadaku berdebar-debar aneh. Kangen 🙂
Weeeeh ternyata Mak Evi punya kesan sentimentil terhadap Semarang. Masih hapal nggak sama gang-gang di sana hehe.
Aku mauuuh liputan lunpiaaa lebih detaail doong .. koyok opo lunpia semarang? Secara aku belum pernah singgah ke kota ini .. duhh jadi kepingin ndang moleehh xixixi
Lunpia isi keju piye haha
Aku lagi sementara menetap di Semarang. Rata-rata wisata di Semarang itu wisata sejarah ya. Dan soal hantu Lawang Sewu yang udah pada pindah itu, kata temanku orang sini katanya pindah ke sungai sebelahnya. Hiiii. Aku pun masih belum berani masuk ke situ walaupun sekarang mah kalau lewat rame terus yaa di depannya 😀
Jangan-jangan hantunya pindah ke rumah Mbak Lia hahahah. Masuk aja, nggak ada serem-seremnya kok. Udah makan apa aja di Semarang?
Sering nang Semarang tapi durung sempet ngintip dalemannya Geraja Blenduk soale gak ngerti melbune tekok endi…sedih haha
Salfok sama ini “bagaikan makan nasi tapi gak ditanak” onok aee haha
ane orang jawa tengah tapi juga baru tahu kalau aslinya LUNPIA bukan LUMPIA wkwkwk..
-Traveler Paruh Waktu
Orang Arab kali ngomongnya ane ente
lho kan jalan-jalannya sama kita kok fotonya kita nggak dirilis hahaha
Ngga manpir di Masjid Agung Jawa Tengah mas ?? 😀
Mampir dong
Sekarang udah enggak bisa masuk ke bawah lawang sewu ya? lihat penjara bawah tanahnya?
Gak bisa ,dibawah nya banyak air
Semarang ,seminggu sekali aku bolak balik ke kota ini