“Cabin crew, prepare for landing!” Begitu pilot mengumumkan akan segera mendarat, saya langsung menegakkan sandaran kursi tempat saya duduk. Nggak sabar untuk segera mendarat dan menginjakkan kaki di Tanah Batak. Hanya 48 menit perjalanan saya tempuh dari Kuala Lumpur ke Bandara Silangit yang berlokasi di Tapanuli Utara. Ironis, saya harus mengambil rute luar negeri dulu untuk bisa sampai di negeri sendiri.
Bagaimana tidak, dari Surabaya – Kuala Lumpur saya hanya merogoh kocek 400k pulang pergi, ditambah tiket sekali jalan Kuala Lumpur – Silangit yang hanya 250k saja. Dengan ongkos segitu saya sudah sampai di Sumatera Utara. Berbanding terbalik jika saya ambil penerbangan di dalam negeri, sekali jalan bisa habis 2jt. Sekali lagi saya harus berterima kasih kepada AirAsia.
Bandara Silangit yang namanya diubah jadi Bandara Sisingamangaraja XII pada tahun 2018 adalah bandara kecil di Tanah Batak yang melayani wilayah Tapanuli dan sekitarnya. Dan bandara ini adalah bandara terdekat dengan Danau Toba yang legendaris itu.
Saking kecilnya bandara, penumpang turun di tempat parkir pesawat dan berjalan ke pos imigrasi yang berada di tenda yang menempel dekat gedung bandara. Begitu paspor dicap, saya keluar dengan kebingungan. Lah saya seperti habis dari toilet daripada dari dalam bandara. Bagaimana tidak, saya keluar lewat lorong samping gedung dan tiba-tiba sudah berada di luar. Kemungkinan sekarang keadaan sudah lebih baik lagi daripada saat saya pertama kali ke sana.
Saya berjalan ke area parkiran untuk mencari bus Damri ke Pelabuhan Parapat. Tiba-tiba ada mbak-mbak menawari saya jasa travel ke Parapat dengan Bahasa Inggris “Sir, where do you want to go? Travel to Balige or Parapat?” Wagelaseeeehh, berasa di luar negeri, padahal muka juga jauh dari kata putih, burik iya bhuahahaha. Nggak heran sih, mungkin saya dikira orang Malaysia yang sedang bercuti ke Danau Toba.
Setelah menolak halus saya melipir pergi. Satu-satunya transportasi murah ke Parapat adalah naik bus Damri. Beruntung, saat saya berkunjung, bus Damri tujuan Parapat-Silangit dan sebaliknya sedang digratiskan karena dalam masa promosi wisata ke Danau Toba.
Saya roaming mengamati penumpang yang ngobrol satu sama lain. Mereka menggunakan bahasa yang tidak saya mengerti sama sekali. Mirip saat saya naik Pete-pete di Makassar, penumpang juga menggunakan bahasa yang benar-benar beda. Itulah uniknya Indonesia, pindah pulau di seberang berasa di luar negeri. Bahkan menyebranglah dari Surabaya ke Pulau Madura melewati Jembatan Suramadu. Bahasa yang digunakan juga sudah sangat berbeda.
Saya tiba di Silangit pukul 11 siang dan berharap bisa segera sampai di Pelabuhan Parapat dan menyebrang ke Pulau Samosir. Melihat peta hanya dua jam perjalanan saja naik Damri. Nyatanya bus cukup pelan dan hampir tiga jam menyusuri Jalan Lintas Sumatera untuk sampai di Parapat.
Saya segera mendaftar untuk bisa naik kapal feri. Cukup sederhana cara mencatat daftar manifes penumpang di penyebrangan Danau Toba. Tinggal menulis nama, umur, dan alamat di buku penumpang. Tiket juga murah meriah hanya 15k saja. Sebelum kapal berangkat, saya jajan Pop Mie di atas kapal untuk mengisi perut yang keroncongan. Saya menikmati mi kuah panas ditemani nyanyian pengamen cilik yang suaranya cukup merdu, meski saya nggak mengerti bahasa yang dilafalkan.
Akhirnya setelah ribuan purnama, saya menyebrangi Danau Toba menuju Pulau Samosir. Destinasi yang sudah lama saya impikan untuk saya datangi. Biar nggak diolok-olok orang “sering ke luar negeri, tetapi nggak pernah jelajah negeri sendiri”. Padahal yang menghujat bahkan belum pernah ke Jakarta melihat Monas mmppfftt.
Sampai di Pelabuhan Tomok Ajibata, saya masih harus naik ojek untuk menuju homestay di Tuk Tuk yang sudah saya booking. Benar, nama desanya Tuk Tuk seperti kita menyebut kendaran Tuk-tuk di Thailand. Melihat peta hanya 4 km saja sebenarnya dari Tomok ke Tuk Tuk. Mau jalan kaki, tapi kok ya udah capek, pengen segera rebahan. Keputusan yang tepat naik ojek, lha jalannya lumayan naik turun. Bisa-bisa gempor sampai homestay jika saya tadi nekat jalan kaki.
Saya booking satu kamar di Bagus Bay Homestay bukan tanpa alasan, paling murah sendiri ketika saya sortir daftar hotel di Tuk Tuk hwehehehe. Ketika saya menuju meja resepsionis saya disambut mbak-mbak bule. Saya pikir dia juga tamu, ternyata dia petugas resepsionis huwahahaha.
Setelah memastikan nama saya ada di daftar bookingan, dia mengantar saya ke kamar, menunjukkan kamar mandi, dan memastikan semuanya baik-baik saja. Dia juga berpesan kalau ada apa-apa tinggal hubungi resepsionis. Tanpa sadar, semua proses check in dengan dia menggunakan Bahasa Inggris sepenuhnya. Astajiiiiiim, sudah di bandara ditawari travel pakai Bahasa Inggris, di dalam bus saya roaming bahasa yang digunakan penumpang, lha kok petugas resepsionis homestay orang bule. Saya merasa asing di negeri sendiri huhuhu. Usut punya usut, ternyata homestay yang saya inapi dimiliki oleh pasangan suami istri yang suaminya orang Batak, dan istrinya orang Australia.
Yang paling saya suka dari homestay ini adanya akses langsung ke Danau Toba di belakang. Ternyata hotel-hotel yang berderet di tepi Danau Toba memagari areanya masing-masing, sehingga tamu hotel berasa punya pantai pribadi. Jadi tamu bisa langsung mandi di Danau Toba di belakang. Dan beberapa hotel bahkan kerja sama dengan vendor-vendor kapal feri yang mengantarkan tamu langsung ke belakang hotel.
Saya duduk santuy sendirian menunggu matahari terbenam. Rasa lelah seharian melakukan perjalanan dari Jombang menuju destinasi impian terbayar sudah dengan suguhan keelokan Danau Toba yang membentang di depan mata.
Besok petualangan saya di Tanah Batak baru dimulai. Happy traveling.
50 tanggapan untuk “Danau Toba, Saya Datang!”
Huhuhuhuhu Tobaaaa, aku mau ke Toba dan menyusuri desa-desa di sekitarnya. Live in di sana sebulan gitu kayaknya enak yak. Menyusuri jejak Alfa Sagala dan teman-temannya di Gunung Pusuk Buhit.
Wadaaaaawww aku nggak baca Supernova hahahaha. Sepertinya aku melewati Gunung Pusuk Buhit waktu ke Menara Pandang Tele deh. Ah mungkin kalau aku baca Supernova, bisa jadi ikutan napak tilas Alfa Sagala ehehe.
Wes bakat jadi orang luar negeri kamu, mas.
Kukira pas ke Medan lewat Kuala Namu, ternyata lewat Silangit. Jadi pas bangetd ekatnya, kalau dari Kuala Namu masih jauh ahahahhahah
Tapi busnya tetep aja suweeeeeeeee sampeknya, dihitung-hitung podo wae tibaknyaaaa.
Menyenangkan sepertinya ya… Hehe. Ku juga pengen punya keberanian jalan2 jauh sendirian…
Tidak semengerikan yang dibayangkan kok 🙂
Dah lama gk main kw danau toba. Dulu banget ke sana waktu masih kecil kecil
Main lagi deh, sekarang udah bangkotan kan ahaha
Wahaha. Aku di Makassar juga sering dikira orang Jawa, kalau ada yang ngajak ngomong suka pake logat orang Jawa.
Pemandangannya bagus banget. Foto keempat dari bawah sekilas kayak lagi di Bedugul. Btw apakah si mbak bule juga sudah bisa berbahasa Indonesia? Aku penasaran buahaha
Masak? Kamu kan orang Makassar toh. Sepertinya mbak bule sudah bisa Bahasa Indonesia, entah kenapa dia ngomong sama aku inggrisan huhuhu
hahah iyo ya. bahkan kadang bedo kabupaten ae iso bedo kata sing digunakan, contoh e wingi emput. wkwkwk.
sampean gak pengen golek bojo luar negeri sisan koyok sing nduwe homestay iku a mas? wkwkwkwk
nek lihat foto-fotonya, kayak malah di bali, timbang di danau toba lho.
Aku gak kepengen dolek bojo bhuahahahaha. Sek sek kok iso jadi Bali?
hahaha ketok e karena pohon pohon kelapa sama gazebonya itu bikin aku inget kayak foto-foto hotel di bali yang langsung view ke pantai.
Rasanya perawakan hotel-hotel di negara tropis ya begitu itu deh. Dirimu fix terdoktrin kalau Indonesia itu Bali bhuahahaha.
lho, indonesia itu mananya bali? hahahaha
Gagal fokus sama fotonya, bagus-bagus, hehe.
Saya sebagai orang yang belum pernah pergi jauh-jauh (apalagi ke LN), jadi agak bingung juga, kok biaya dari luar negri justru lebih murah dari dalam negeri yaa? Mungkin harus pinter-pinter cari harga promo ya mas, biar lebih hemat. Tapi meski agak jauh dan lama, tapi bisa sekalian jalan-jalan ke luar negri ya. Asyik dong 🙂
Aku juga sering bertanya-tanya, kenapa kok ke LN lebih murah eheheh. Salah satunya maskapai di Indonesia di monopoli dua grup besar, jadi mereka bisa mengatur harga. Nggak ada persaingan sehat karena masyarakat terpaksa beli di harga tersebut. Yup kudu pinter nyari momen promo juga ehehehe. Klo dibilang jauh dan lama nggak juga, sama aja kok hitungannya hehehe.
Irinyaaa akuuuuuu :D. Trakhir kali ke samosir itu pas karya wisata SMU kls 3 hahahahaha. Udh lamaaa belut. Itu pertama dan trakhir :D. Bikin maluuu, padahal aku org Batak :D.
Tp kalo danau Toba nya, tiap aku mudik ke Sibolga, pasti ngelewatin, dan pasti berenti jadinya :D. Ngeliat2 dari pinggir aja ato dari warung2 di atas yg view-nya ciamik.
Kangen sih aku kesana. Tp stay di penginapan di Samosir itu, aku dulu suka merinding mas. Aku lupa sih nama penginapan zaman SMU dulu. Yg pasti pas masuk kamar mandi, duuuh itu rambut halus lgs naik hahahahahah. Spooky banget kamar mandinya. Yg aku suka dari Samosir karena udaranya sejuk :). Tp utk mandi2 di danau, ntr dululah,ga bisa berenang. Apalagi kedalamannya ga main2 :D.
Wihhhh kupikir orang Jekardah, tibaknya orang Batak muehehehe. Masak orang Sibolga gak bisa berenang sih? Bukannya di sana deket lautan hemmm.
Nanti kalau mudik lagi, sempetin main ke Toba dan puas-puasin hahaha.
Kapan ya kita bisa menikmati harga tiket dalam negeri yang lebih terjangkau dari maskapai negara sendiri. Tiket Jakarta Jayapura aja bisa jauh lebih mahal daripada ke Jepang. Apalagi ke Manokwari dan kota-kota lainnya.
Dari segi harga memang jadinya lebih terjangkau kalau kita pilih rute via negara tetangga dulu. Cuma emang kudu waspada di imigrasinya ya, memastikan semua dokumen tersedia dan ga bermasalah begitu transit dulu di sana.
Ditunggu cerita jalan-jalan di Tobanya, mas!
Sempet deg-degan juga sih pas pagi keluar dari Indonesia, eh kok Siang masuk lagi Indonesia ehehhe. Tapi ternyata nggak ada pertanyaan sama sekali di Imigrasi.
Itu dia, impianku pengen tiket pesawat di Indonesia murah meriah ke mana-mana hehehe. Nanti deh aku bikin maskapai sendiri kwkwkw.
Oo baguslah kalo ga nemu petugas imigrasi yang rese. Malesin banget tuh soalnya, bikin deg-degan ketinggalan penerbangan lanjutan.
Wakakk.. boleh tuh asal jangan pake pesawat capung yak.
Ini perlu di bookmark sih.
Homestaynya boleh juga nih mas.
Dulu sempat hampir mau Issue ke Aceh, pengen ke Sabang KM 0 Indonesia, dengan rute ke KL dulu juga. Murah banget emang dulu tak delok regone. Aku pun gak asalah sih kalau harus ke KL dulu asal murah haha. Ini baru traveler smart ya.
Tapi ya minusnya itu, jadinya nyumbang devisa ke Luar bukan negeri sendiri ya. Tapi yawislah.. saya bener2 menunggu momen harga tiket domestik yg terjangkau.
Bentar-bentar devisanya bagian mana ini hehehehe. Orang aku nggak ke mana-mana kok di KL, cuma mampir di bandara, gak jajan sama sekali, bahkan nggak keluar imigrasi ehehe.
jadi proses imigrasinya gimana tuh mas? Dicap di paspor berapa kali? Saat dmn saja?
ya keluar di Indonesia dan masuk di Indonesia, udah. Gak dapat cap Malaysia karena nggak keluar imigrasi sana.
Yang penting tiket murah, mau lewat manapun dijabanin hehehe. Yes ini perjalananku dari Toba sampai Titik Nol Indonesia hehe.
Kayanya aku perlu baca2 dulu deh definisi devisa wkw. Siap, jadi kalau engga belanja ngga nyumbang2 amat ya. Tapi kenapa juga saya jadi care hal beginian yak, yang penting mah traveling ya mau gaya apapun 😀 yg penting menghematnya itu.. lagian, tiket domestik memang mahal wkw.
Ya berarti concern terhadap ekonomi negara wkwkwkw. Setahu saya devisa jenisnya banyak. Klo untuk turis asing dia membelanjakan duitnya ke negara tujuan. Dia bawa uang dari negaranya, dan ditukarkan ke rupiah. Nah penukaran uang asing ke rupiah itu adalah devisa. CMIIW
Horas!!! Selamat datang di Tano Batak 😀
Ngangenin emang danau toba, saking gedenya berasa laut aja…
Duilu banget belum ada bandara silangit (sisingamangaradja), harus naik travel butut 6 jam dari medan ke parapat..
Berarti, Sumut provinsi kedua habis Sumsel ya Lid di Sumatera?
Rasanya aku dari Parapat sampai ke Medan gak sampai 6 jaman deh, mana aku oper lagi nyari travel di Pematangsiantar. Mayan cepet sih ehehe. Yes bener setelah Sumsel, Sumut menjadi yang kedua hehe.
Wah, cepet hehe… Apalagi kan sekarang udah mau ada tol dari Medan smp Parapat 😀
Ditunggu kedatangannya di “sum” terakhir, Ranah Minang 😀
Seruuu Danau Toba! Saya baru taw kalau ke sana via KL bisa jauh lebih murah begitu. Berkali-kali ke Medan selalu pake rute lokal dan gak pernah dibawah 1,5juta huwee… ditunggu cerita petualangan Tanah Batak-nya ya.
Stay tuned 😀
Setelah baca tulisannya, aku baca komen-komennya. Dan untungnya aman haha. Nggak ada (atau belum ada?) yang nyinyir, “makin lama makin dijajah asing Indonesia ini” wakakakak.
Di rumah, aku sendiri yang belom ke Toba. Ntah kenapa dulu aku gak diajak ke sana, kalau gak salah tabrakan sama hari sekolah. Terakhir kali ke Medan juga sebentar jadi belom kesampaian. Enaknya emang khusus kayak gini, jadi nggak kayak keburu-buru.
Noted buat homestaynya. Sekilas googling sih apik.
Wakakaka kupikir blogger-blogger yang udah biasa blogwalking nggak bakalan komen begitu. Entah kalau ada penonton yang nyasar muehehehehe.
Nanti klo aku balik ke Toba lagi mau nginep situ lagi muehehe.
Danau Toba emang keren. Jadi inget dulu ke Pulau Samosir pas hari Natal. Semua toko, warung, dan resepsionis hotel tutup. Ya jelas lah, ya. Semuanya merayakan Natal di rumah. Tapi itu belasan tahun yang lalu. Nggak tahu sekarang gimana.
Baru sekali saya lihat Danau Toba, Mas. Itu pun cuma dari dalam bus ALS. 😀
Tapi gara-gara cerita ini jadi pengen nyobain ke sana, nginep seminggu, terus santai-santai tiap hari. Balik-balik pasti seger tuh. 😀
Jadi pengen ke sana juga huhuhu
unik bgt ke danau tobanya,, mentang2 sering ke luar negeri, ke danau toba pun berasa ke luar negeri wkwkwkwk.. aku lupa nginap di mana pas di tomok,, yang pasti not recommended huahaha..
Selamat datang di Pulau Samosir Mas, selamat menikmati liburannya.
Saya kemarin nginap di Bagus Bay juga, tapi resepsionisnya bahasa Indonesia sih, sepertinya wajah saya terlalu Indonesia.
pemandangannya cantik banget :’) pengen mampir kesana
its wonderful indonesia. i am proud of you . thanks for your information. Toba Island its amazing
cita cita yang belum kesampaian yaitu ke Medan plus kudu ngunjungin danau toba
aku sempet berpikir sama, naik pesawat dulu ke KL, trus masuk lagi ke negara sendiri, lahhh saking murahnya tiket ke luar negeri.
pengen cepet corona berakhir biar bisa buat rute begitu
Terima kasih sudah sharing bossqu. Saya juga pernah backpackeran bareng teman ke salah satu daerah di sana dan nggak lama mampir ke danau Toba. Sayangnya sebelum berangkat ada drama tas saya robek dan beberapa barang jatuh.
Salam dari KL. Jika saya dari Sibolga mahu berkunjung ke Danau Toba, di mana lokasi bus station di Sibolga? Dan untuk kawasan Danau Toba, apakah lokasi yang bagus sekali untuk menginap jika dari arah Sibolga? Apakah di sebelah timur (Parapat) atau barat nya? Terima kasih ya. Saya mahu wisata ke sana backpacking.
Salam,
Saya belum pernah ke Sibolga, jadi mohon maaf tidak bisa menjawab seputar bus station. Mungkin bisa ditanyakan ke resepsionis hotel. Semua sudut Danau Toba bagus, saya dulu ke Parapat dan ingin explore daerah barat seperti Holbung.
mj9nik
va2iuc