Hari ini adalah Lebaran hari ketiga, sumpah Lebaran tahun ini sungguh sangat aneh. Beberapa masjid meniadakan Salat Id, meski beberapa masih melaksanakannya. Jalan depan rumah yang biasanya macet saat Lebaran mendadak lengang. Tradisi salam-salaman keliling rumah-rumah tetangga juga lenyap. Kasihan anak-anak kecil yang biasanya panen duit, mereka nggak bisa berburu angpau dari rumah ke rumah. Semua gara-gara Covid-19 yang sungguh jahanam meluluhlantakkan segalanya. Tidak hanya di Indonesia saja, seluruh dunia mengalami hal yang sama. Semua sektor merasakan dampak dari pageblug ini. Terutama sektor pariwisata.
Gara-gara Covid-19 juga saya gagal plesiran. Sudah janjian ke Malang dan lanjut ke Gunung Bromo bareng temen, batal seketika saat tahu wisata ke Gunung Bromo ditutup. Sudah beli tiket kereta api ke Solo dan Yogyakarta, dan sudah reservasi hotel di Jogja untuk beberapa hari di sana. Dengan berat hati dibatalkan juga huvt.
Terakhir saya jalan-jalan adalah ke Singapura saat liburan Imlek bulan Januari lalu. Saat itu Virus Corona masih anget-angetnya belum ada kabar berita masuk ke Indonesia. Sampai akhirnya Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa virus mematikan tersebut telah menginfeksi Warga Negara Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Semenjak hari itu semua mendadak menjadi berantakan. Sudah dua bulan saya nggak ke mana-mana. Dan kerinduan akan traveling begitu membuncah dalam dada. Rasanya sakau berat ingin memanggul ransel dan ngelayap ke mana gitu.
Seandainya jika ancaman Covid-19 mulai aman, saya ingin plesir ke Yogyakarta. Ceritanya Ingin balas dendam trip yang tertunda. Sebenarnya saya sudah nggak terhitung jalan-jalan ke Yogyakarta, tetapi memang Kota Pelajar nggak akan pernah bosan meski dikunjungi ribuan kali. Nggak muluk-muluk, saya hanya ingin staycation saja di hotel murah di Jogja untuk beberapa hari. Keliling kota sampai gempor sambil berburu kuliner sampai perut kekenyangan. Kangen jalan santai di Malioboro yang legendaris itu, dan nongkrong di angkringan sambil menikmati Wedang Ronde hangat.
Saya kangen foto-foto di Taman Sari yang nggak pernah sepi pengunjung. Keliling area Taman Sari hingga mblusuk masuk ke Masjid Bawah Tanah yang sampai sekarang saya nggak pernah punya foto narsis di situ. Yah gimana, setiap mau foto dan berpose selalu diserobot orang, belum lagi yang lalu lalang tanpa henti. Seandainya saja spot di Masjid Bawah tanah dibuat sistem antre mungkin lebih baik. Tetapi ngeri juga jika dibuat sistem antrean, bisa-bisa daftar jam 9 pagi, baru bisa foto jam 3 sore hwehehehe. Di sekitaran Masjid Bawah Tanah saya biasa jajan Cendol Susu, sangat nikmat diminum saat cuaca lagi panas-panasnya.
Kangen nonton Pentas Seni di Keraton yang rutin digelar setiap hari pada jam-jam tertentu. Pentas seni yang pertunjukkannya selalu berganti-ganti, kadang Wayang Kulit, dan terkadang Tari Tradisional. Lama pentas sekitar 10-30 menitan. Terakhir nonton pentas seni di Keraton dua tahunan lalu. Dan kebetulan waktu itu yang dipentaskan adalah Tarian Tradisional dengan iringan gamelan. Kelar nonton pentas seni, bisa keliling area Keraton dan foto-foto di beberapa sudut yang cukup fotogenik.
Pengen foto-foto lagi di Warung Boto yang pernah dijadikan lokasi foto prewedding-nya Mbak Ayang putri Pak Jokowi. Dahulu cagar budaya ini merupakan pesanggrahan dan pemandian. Sekarang terbengkalai tidak tersentuh sama sekali. Semenjak dijadikan lokasi prewedding, tempat ini semakin hari semakin ramai dikunjungi wisatawan.
Kangen jajanan pasar dan minum jamu tradisional di Pasar Kotagede. Dahulu Kotagede adalah bekas ibu kota Kesultanan Mataram yang menjadi asal mula Kesultanan Kartasura, yang kemudian bercerai-berai menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta sekarang ini. Karena bekas ibu kota kesultanan, masih banyak bangunan-bangunan antik terlihat di Kotagede. Terutama di kawasan Masjid Gedhe Mataram, suasana tradisional masih sangat terasa. Pagar batu bata dengan aksen-aksen Jawa terasa kental sekali. Di sini bisa foto-foto dan menyewa baju tradisional Jawa. Paling asyik menyusuri gang-gang di Kotagede dengan berjalan kaki.
Ke Jogja belum afdol rasanya jika belum wisata kuliner. Nggak pernah absen nongkrong santuy di Tempo Gelato sambil menjilati berbagai macam es krim yang dijual. Di Jogja sendiri banyak cabangnya, tetapi paling asik saya suka yang di Prawirotaman.
Kalau untuk makanan wajib khas Jogja tentu saja Gudeg. Tetapi bukan Gudeg manis yang berada di deretan kedai di Jalan Wijilan, favorit saya adalah Gudeg Mercon Mbak Tinah yang berada di kawasan Tugu Pal Putih. Sebagai anak berlidah Jawa Timuran, lidah saya kurang cocok makan makanan manis. Jadi Gudeg Mercon yang bercita rasa gurih dan pedasnya sampai ubun-ubun sangat cocok dengan selera saya.
Selain Gudeg saya juga nggak pernah absen sarapan Brongkos di warung samping Pasar Ngasem. Kuah hitam kacangnya yang manis gurih begitu menggoda. Bumbunya meresap ke setiap potongan dagingnya yang empuk. Tahu dan telornya melengkapi surga dunia di atas piring tersebut. Aduh saya jadi ngiler beneran bayangin makan Brongkos.
Satu lagi favorit saya adalah makan di The House of Raminten di kawasan Kotabaru. Menu-menunya cita rasa masakan tradisional Indonesia. Harga-harganya juga sangat bersahabat. Sudah murah, porsinya juga memuaskan. Favorit saya adalah Ayam Koteka dan Es Telernya. Kalau lagi lapar banget, jangan datang saat jam makan siang atau makan malam. Bisa-bisa pingsan kelaparan sebelum dapat tempat duduk, antreannya itu loh bikin senewen.
Jadi kapan Covid-19 akan berakhir? Rasanya sudah nggak kuat berlama-lama lagi di rumah. Kamera saya sudah berdebu saking lamanya nggak dipakai memotret. Duit jatah jalan-jalan nganggur tidak terpakai dan minta segera dibuat foya-foya. Ingin segera packing ransel dan cusss berangkat. Kalau kamu sendiri kepengen jalan-jalan ke mana jika Pandemi Covid-19 berakhir?
51 tanggapan untuk “Kangen Jogja”
nek aku pengen nang banyuwangi, mas.
atau nek ndek jogja, pengen motoran ae ndek kulonprogo. mumpung jek asri suasanane.
duh mugo mugo ndang mari lah iki virus e 🙁
Secara kamu sejak kuliah dan kerja juga di Jogja. Jadi ya biasa aja kali yak ehehe. Aku ikoott ke Banyuwangi
gak juga mas, soale tamansari dan warungboto pun tetep berkesan nek gae aku wkwkw
Hindari dengeri Yogyakarta-nya KLa Project, ya, Mas Alid. Nanti tambah kangen Jogja. Hehehe.
Omong-omong soal Warung Boto, kondisinya yang sekarang kayaknya udah lumayan banget, Mas. Tahun 2010, saya pernah sama temen-temen komunitas bikin games kecil-kecilan kayak the Amazing Race. Saya dan seorang kawan mampir ke sana dan bener-bener masih nggak diapa-apain. Sama sekali belum masuk radar sekarang. Ya, meskipun kayaknya bakal susah kalau kondisinya bener-bener prima kayak tempat tetirah Taman Sari. 😀
Kalau saya lagi kangen ke gunung ini. Sudah November kemarin sejak terakhir kali trekking. Kayaknya nanti kalau situasi sudah aman, pengen kemping dua malam lah di gunung pas weekdays. 😀
Aku tahunya Warung Boto juga setelah dijadikan tempat Prewedding-nya Mbak Ayang. Aku lihat memang nggak bakalan seprima Taman Sari. Tetapi lokasinya cukup unik bagi pemburu konten Instagram
Aku tahun lalu uda persiapan nanjak Semeru, udah daftar dan dapat kuota. Lha kok ditutup karena kebakaran. Nunggu 2020 lha kok kena Corona, hadeuuhhh.
Btw aku lagi siap-siap nyetel Yogyakarta-nya Kla Project
Lid, besok-besok kalau ke Jogja coba dolan di sekitaran Moyudan. Ada juga macam tembok yang bagus buat difoto. Pas kita ke Malangan, dulu sempat lewat, tapi tidak singgah
Ah siaaaaaaappp, kucatat. Moyudan. Ada gorengan nggak di sana haha
Oh, prewed-nya di sana to? 😀 Pilihannya unik juga, Mas Alid. Kayaknya latar di Warung Boto juga lebih dapet sih suasananya ketimbang Tamansari. Risiko buat bocornya juga nggak terlalu tinggi karena lebih sepi. 😀
Hahaha. Sabar, Mas Alid. Siapa tau malah memang ditakdirkan ke Semeru pas musim kemarau waktu pemandangan lagi bagus-bagusnya (Agustus-November). Di sisa-sisa musim hujan kayak gini kesel juga sih nanjaknya. 😀
Wah, nekat…. Siapin tisu, Mas Alid… 😀
Wah kacau sih foto brongkosnya Bikin ngiler…
Sama sih, salah satu tempat yang bakal saya datengin setelah pandemi ini kelar ya Jogja dan harus naik kereta api ke sananya.
Jogja memang spesial, walau banyak tempat baru di sana, magnetnya buat saya ya tempat dan kuliner yang lebih “senior”.
Nah tuh klop, aku juga ke Jogja selalu naik kereta. Naik bus gak tahan macetnya
Jadi selain gudeg dan brongkos suka makan apa di Jogja?
Mie godog sudah barang tentu~
Aku mungkin kalau pandemi ini selesai juga bakal main ke Jogja. Aku belum pernah makan brongkos sama gudeg mercon iku lho. Kok kelihatannya enak. Mesti ngantrinya panjang banget. So far karena gak pernah fokus cuma leyeh-leyeh & makan-makan thok gitu, jadi isinya paling ya cuma ke sekitaran Malioboro aja.
Yakin mau makan brongkos sama gudeg mercon? Kana dietmu gak eat cleaning kak. Aku juga kebiasaan gitu ke Jogja, sampai ya banyakan leyeh-leyeh wkwwkkwkw
Sama mas Alid, saya juga kangen mau jalan-jalan, bahkan untuk makan ke tempat langganan pun sekarang nggak bisa jadi kalau nanti pandemi berakhir, yang mau dilakukan pertama kali adalah jalan ke beberapa tempat makan langganan hehehe. By the way, mas Alid bahas gudeg mercon, saya jadi keikut ingin makan gudeg mercon juga langsung kebayang-bayang rasa telur dan ayam gudeg kesukaan. Hehehehe.
Semoga pandemi segera berakhir ya, mas jadi kita semua bisa jalan-jalan seperti biasa, dan semoga mas Alid selalu diberikan kesehatan ditunggu cerita perjalanan berikutnya, mas ~
Siap-siap saja kepedesan sampai ubun-ubun hehehe. Tapi pedesnya nagihi wkkwkw. Btw tempat makan langganan gak bisa delivery order ya? Emang sih sensasi makan di tempat sama dibungkus beda ehehe. Semoga pandemi ini segera berakhir 😀
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin Mas.
Iya, Jogja emang ngangeni sih. Kuliner favoritku malah oseng-oseng mercon. Tapi delok sampeyan mangan es krim iku polahe pengen
Eh mas Oseng-oseng Mercon Jogja sebelah mana? Pengen aku.
Met Lebaran juga mas, mohon maaf lahir batin.
oseng-oseng mercon ndek deket PKU Ahmad Dahlan. atau googling oseng mercon bu narti.
Selamat hari raya Idul Fitri ya Lid
mohon maaf lahir dan batin
Sabar ya, semoga dengan “new normal” kita bisa jalan2 lagi
Met Lebaran juga mas, semoga keadaan segera aman
Amien
Pas banget di IG story bilang pengen es krim, eh pas baca ada foto lagi ngemut es krim pula. Jadi makin pengen heuheu. Next kalo ke Jogja lagi aku maulah itu kulineran blusukan ke warung emperan.
Eh btw, kalau ke Bromo lagi aku melok ya.
Ke Bromo mah tinggal cling ehehehe, Pokoknya klo Omndut ke Jawa Timur wajib ke Bromo deh. Tar aku temenin.
Apapun yang diemut itu enak, palagi manis hahaha
Noted, hasek ditemenin Alid. Soon!
Aq pengen ke india lagi..huhu…kangen traveling ke sono lagi..msh banyak tmpt yg harus aq kunjungi sblm tua nanti…wkwkwk
Kuy budal
Dari hal yang kamu kangenin di Jogja, ternyata masih banyak yang belum saya kunjungi padahal udah 3 atau 4 kali ke Jogja. Semoga masih ada kesempatan liburan ke Jogja lagi dan virus Corona tidak semenakutkan kayak sekarang. Pandemi ini memang merusak semuanya, banyak sektor yang merugi.
Eh, foto di mesjid bawah tanah Taman Sari memang susah banget dapet kosong. mungkin perlu datang hari biasa dan lebih pagi tentunya.
Padahal yang aku tuliskan ini Jogja yang mainstream banget ehehe. Dan ini pun masih seupilnya Jogja, rasanya hampir setiap sudut Jogja ada tempat menarik.
Borobudur Marathon tahun ini ikutan lagi kan? Semoga Corona segera bubar, jadi event-event berjalan aman terkendali.
Yah, sebatas kunjungi wisata yang paling mainstream lah kayak malioboro dan taman sari, susurin malioboro mah gak ada habisnya.
Tahun ini belum ada daftar lomba lagi, tapi sepertinya lomba banyak yang cancelled sampai akhir tahun.
Pengen ke Bandooooong wkwk
Kuy budalkaaaaaaaaaaan
pengen nanti pas aku ke jogja, ditemeni sama kamu.. dan genk jebret.
Koh Ded ke Jogja, kita semua mengungsi pergi. Bhay.
saya udah hampir 5 tahun di Jogja, tp belum pernah sama sekali ke gelato.. haduhh padahal mah tiap minggu ada lah lewat sekali dua kali..
keren artikelnya mas, salam kenal 😀
Wadaaaaaww kebalikannya aku selalu mampir ke gelato setiap ke Jogja ehehehe. Makasih udah mampir adn baca yak mas Hafizh 🙂
anjay, aku terakhir ke Jogja udah lama bgt, 10 tahun yang lalu wkwkwk.. rencananya tahun ini ke KL dan Bangkok sebelum lebaran, lalu setelah lebaran ke Jogja.. semua batal!! bhay lah corona emang jahanam!! skrg ga berani pergi kemana2 sampai akhir tahun.. huff..
-traveler paruh waktu
Jadwalkan ulang, nanti klo ke Jogja kabarin, siapa tahu jadwalnya klop ehehe. Kita bisa barengan 😀
Jogjaaaaaa… Lebaran THN ini sbnrnya aku bakal ke solo dan Jogja mas. Apa daya bataaal semuanyaaaa :(. Kangeeen juga Ama kuliner2 Jogja , apalagi yg blm sempet aku coba. Itu gudeg mercon aku udh lamaaaa pgn rasain, tp ga jd Mulu ke sininya :(.
Ntahlah mau sampe kapan si covid ini yaaaa .. udh stress aku ga bisa traveling dan banyak cancel trip2. Ini sept trip ke Iran nth jadi ato ga, msh blm jelas huhaahahaha…. Miriiis. 🙁 . Kepastiannya bakal diksh tau Juli soalnya. Feelingku sih bakal cancel Krn memang msh blm aman
Huhu nasib semua traveler berantakan, untungnya sih aku nggak ada tiket pergi jauh di tahun ini. Jadi nggak mumet ngurus refund ini itu eheheh.
Bagi yang demen pedes, cobain deh gudeg merconnya nanti ehehe. Dijamin nagih 😀
Halo Mas Alid.
Saya menghabiskan banyak waktu di Jogja untuk menempuh pendidikan, jadi tahu sekali rasanya bagaimana memendam rindu ke Jogja. Lebih tepatnya Sleman sih, hehe.
Semoga pandemi ini cepat berlalu, supaya yang hobi plesiran bisa memuaskan hasrat untuk melakukan hobinya lagi.
Wah pasti punya rasa sentimentil tersendiri terhadap Jogja yak eheh. Sekarang masih sering ke Jogja nggak mas?
Semoga pandemi segera berakhir 🙂
pinginn ke jogja, sudah lama berlama-lama di Medan wkwkwkw
pagebluk hahahaha
yogya selalu bikin kangen kangen kangen terus
banyak tujuan dan nggak bosen juga, foto di tempo gelato dari sudut mana aja kok tetep apik yo, memang instagenic gitu nih tempat
Tergantung lighting juga, kalau malam udah remang-remang susah nyari foto bening ehehe
Wah JOGJA mah memang gak pernah ngebosenin. Pasti pengen balik dan balik lagi…
Udah balik aja, ini udah boleh nih, tapi memang masih grup kecil kan…
Kendaraan umum masih agak susah, naik kereta masih butuh surat dan lain lain huhu. Ada bus tapi kok masih ragu eheheh. Yang jelas klo udah agak longgar, aku langsung meluncur ke Jogja 😀
kalau tidak pandemi, enak sekali jalan jalan di jogja ini
Saya jg kangen Jogja nih mas Alid
Yaa, lebaran beberapa waktu yg lalu jg sama di tempatku. Tidak diadakan shalat id. Jadi kami shalatnya di rumah saja. Ber empat bersama ibu bapak dan adik heeehe
Pagebluknya masih betah nggak pergi-pergi dari bumi 🙁
654wd6
Jogja selalu istimewa, ntah itu kotanya ataupun salah satu penduduknya
https://sajaklangit.com/