Di hari terakhir saya di Penang cuaca tidak begitu bersahabat, saya berkali-kali berteduh dikarenakan hujan. Baru jalan kaki sebentar huran turun, baru foto bangunan tua hujan lagi. Itu pula yang mengurungkan niat saya untuk mencoba menyebrang ke Butterworth dengan feri gratis tapi bayar ketika kembali ke pulau. Saya menunggu hujan reda agak lama di sekitaran clock tower cuma ingin foto doang tapi nggak kesampaian juga huft. Ah daripada bete menunggu hujan reda saya langsung berlari ke Penang Museum and Art Gallery di Lebuh Farquhar.
Buku Tamu
Museum Penang adalah museum termurah yang pernah saya kunjungi setelah House of Sampoerna atau museum tembakau di Surabaya. Tiket masuk House of Sampoerna adalah gratis kalau Museum Penang cukup membayar 1 ringgit atau sekitar 3500 rupiah. Walau murah tapi isinya nggak murahan. Saya dibuat tercengang dengan setiap tatanan ruang pamerannya. Tertata rapi menurut kategori masing-masing sehingga bisa bercerita tanpa saya perlu didampingi oleh tour guide sekalipun. Saya merasa seperti kembali ke masa lalu seketika melihat benda-benda serta foto-foto di depan mata sambil membaca papan informasi yang tersedia.
Museum yang dibuka untuk publik pada tahun 1965 tersebut menempati bangunan tua tapi terawat bekas sebuah sekolah berarsitektur Inggris. Koleksinya terdiri atas artefak-artefak kuno yang berasal dari berbagai kebudayaan Cina, India, dan Melayu. Warga Penang sendiri memang didominasi oleh ketiga ras tersebut.
Orang Jawa tuh ada
Orang Minang, Aceh, Bugis
Kemudian ada beberapa pameran foto Penang di masa lalu, moda transportasi, dan lain sebagainya. Saya memulai keliling dari ruangan yang menceritakan Penang diawal mulai menjadi pemukiman padat. Diceritakan suku dan ras dari bangsa-bangsa lain mulai mendiami Penang dan menjadi warga tetap. Dari Indonesia ada orang Aceh, Minang, Bugis, dan Jawa yang migrasi ke Penang.
Becak model Cina
Contoh uang yang dipakai pada jaman kolonial
Tapi ras yang paling banyak migrasi ke Pulau Pinang adalah orang Cina dan India. Kebanyakan mereka semua yang migrasi menjadi pedagang atau pekerja kasar jaman kolonial yang kemudian menetap dan menciptakan budaya turunan peranakan serta beranak pinak hingga sekarang.
Foto-foto orang Jawa semua
Pengantin Cina
Karena Cina dan India menjadi ras mayoritas di Penang maka porsi barang yang dipamerkan kebanyakan dari budaya mereka, tentu saja ras Melayu juga menjadi porsi utama. Saya paling suka melihat potret-potret orang-orang jaman dahulu, melihatnya saja saya merasa merinding dan berandai-andai kembali ke masa lalu.
Ranjang pengantin Cina
Foto yang paling saya suka
Puas di Museum Penang saya melanjutkan perjalanan ke Cheong Fatt Tze Mansion atau Blue Mansion yang katanya paling bersejarah dan ngetop di seluruh Penang, bahkan mendapatkan penghargaan “Most Excellent” Heritage Conservation dari UNESCO. Kemudian Lonely Planet memasukkan mansion tersebut ke dalam daftar mansion-mansion terbaik di dunia, serta masih banyak penghargaan lainnya.
Apalagi rumah tersebut pernah menjadi pit stop di serial reality show The Amazing Race, saya kan ngefans banget sama serial tersebut jadi wajib bagi saya untuk ke sana. Paling nyesek adalah harga tiketnya sangat mahal banget hiks, tapi demi menuntaskan penasaran saya rela merogoh kocek sebesar 16 ringgit atau sekitar 60 ribu rupiah untuk ikut tur pada jam 13:30. Kenapa harus ikut tur? Ya karena mansion tersebut tidak dibuka untuk umum, hanya pada jam tertentu saja yaitu pukul 11, 13:30, dan 15:00. Selain di jam tersebut tidak menerima pengunjung.
Pengunjung yang antusias
Pengunjung kecil, ih lutunaaaa
Tepat pukul 13:30 Joann Khaw sang tour guide memerintahkan seluruh pengunjung untuk berkumpul dan dia mulai ngoceh tentang sejarah hidup Cheong Fatt Tze serta menerangkan beberapa filosofi-filosofi corak flora dan fauna yang tercetak di beberapa sudut atap, jendela, pintu, lantai, tembok, dan lain sebagainya. Saya yang tidak begitu faham budaya Cina hanya bisa mengangguk saja.
Adalah Cheong Fatt Tze seorang Cina yang lahir pada tahun 1840 di Guangdong yang migrasi ke Asia Tenggara pada usia mudanya demi kehidupan yang lebih baik. Awalnya dia bekerja sebagai pengangkut air di Jakarta, kemudian dia mulai berbisnis dan akhirnya kaya raya. Sehingga sekitar tahun 1880 dia bisa membangun rumah di Penang dengan 38 kamar dengan 220 total jendela. Intinya rumah itu sangat megah pokoknya. Beberapa kamar digunakan untuk penginapan dengan tarif paling murah 420 ringgit atau setara 1.5 juta, kalau saya sih ogah :p
Selain di Penang dia juga punya beberapa mansion yang tersebar di berbagai negara, katanya di Medan juga ada. Tapi yang benar-benar terawat adalah yang di Penang. Per tahun ini saja usia rumah yang di Penang sudah mencapai 134 tahun.
Satu-satunya foto narsis saya haha
Yang memahami dan tertarik dengan arsitektur Cina mungkin mengunjungi tempat ini adalah harta karun karena bisa belajar banyak hal. Bagi saya tur singkat tersebut tidak sepadan dengan uang saya keluarkan, selama 45 menit saya hanya mendengar cerita tour guide saja dan kami para pengunjung hanya memasuki beberapa bagian rumah saja, bisa dibilang hanya 1 kamar saja yang kami masuki, sebab yang diterangkan hanya bagian luar saja tidak lebih, kami bahkan tidak bisa mengambil gambar dengan leluasa. Ah sudahlah yang penting rasa penasaran saya sudah tuntas.
Selesai berkunjung saya mampir ke Museum Coklat yang lokasinya tidak jauh dari Blue Mansion, saya tanya berapa harga tiket masuk dan ternyata gratis. Kemudian seorang gadis India memandu saya masuk dan menerangkan ini biji coklat, ditanam, dikeringkan, ditumbuk, dan jadilah coklat.
Dia menerangkan tidak sampai 5 menit kemudian mengajak saya ke pameran coklat dan menyeret saya ke sana kemari untuk mencicipi coklat, rasa ini rasa itu. Selesai dia kemudian bilang “now you can explore by yourself” saya sih lebih memilih kabur karena ternyata itu hanyalah toko coklat dan harganya mahal-mahal banget, nggak mungkinlah saya beli. Tapi lumayan saya bisa mencicipi banyak coklat buat ganjel perut sebelum meluncur ke bandara meninggalkan Penang hahahaha. Keep travel safe and happy traveling!!!
27 tanggapan untuk “Mengenang Penang di Masa Lalu”
foto museum coklatnya mana kaaaaak ? hahaha
langsung ngacir, orang isinya jualan semua :p
Iya, mansion model begini di Indonesia yang udah aku kunjungi ada 2, yang satu ada di Medan milik Tjong A Fie (keponakan Cheong Fatt Tze, Penang) dan satu lagi ada di Tangerang. Ini yang di Tangerang (http://adiedoes.blogspot.com/2013/05/menjejak-cikal-pecinan-tangerang.html), Klo yang di Medan, udah ditulis tapi gak diuplod di blog. Ada di draft buku hehehe 🙂
Wuih uda yang ke Medan ajah, aku ke Sumatra belum pernah kakak, ajak aku kakaaaak 😀
Keren dan bersih,
Museum terbersih yang pernah yang saya masuki itu di Museum Bank Indonesia Kota Tua, museumnya sangat tertata dan terawat.
Museum di Indonesia yang layak bagi saya masih House of Sampoerna hehe. Belum banyak sih museum yg saya kunjungi di Indonesia ini 🙁
wow blog nya ini jalan jalan ya….salam kenal ya mas baru pertama kali kesini….jangan lupa mampir balik ya thx
Suip makasih dah mampir 😀
Saya kalo pergi ke museum suka serem sendiri bro, hahahha….
Ngeri aja lihat barang yang dipamerkan, wkwkkw….
Btw, itu kenapa adik2 saya ada disitu? Hahahah….
sejak sebelum ke penang, gw udah kommit bakal masuk ke museum yang gratis aja. mahal dikit aja gw udah gamau masuk hahaha
paling juga moto bagian luarnya aja
😀
yaelah yg penang museum cuma 1 ringgit kalek :p
Helga emang ketauan kalau pelitnya kebangetan HAHAHHA…
duuuh.. tahun ini aku jadi karyawan baru loagi. gak bisa jalan-jalan dulu :))
resign dong :p
Becaknya ditarik gtu ya, Mas. Enggak dikayuh?
Bangunannya asyik, tampak adem. Sayang bgt gak mborong coklat, yes. 😀
maaf walau aku ganteng dan kaya hati tapi aku miskin materi 😀
Aku lebih tertarik dirimu mbahas museum ini daripada tentang grafiti di tembok2 itu hahahaha..
Btw, kui fotone asli opo sken skenan? SOale kabanyakan museum di indonesia ini foto2ne scan2an bahkan enek sing luwih parah: FOTOKOPIAN!
yg ditembok itu mural loh bukan grafiti :p
wah gak memperhatikan itu skenan opo foto asli hahahaha
Duh, kok gue malah fokus ama ranjang pengantinnya cina nya??
penasaran itu kasurnya ada bekas noda-nodanya gak?? Hahaha…
noda ompol banyak :p
Ranjang pengantinnya alamakk banget… Dulu belum sempet mlipir ke Blue Mansion, setelah baca keterikatan ama Tjong A Fie di Medan jadi makin tertarik alias kudu mampir kalo ke Penang lagi, sekalian nyobain bobok cakep di ranjang merahnya #ehh 😀
Ranjangnya di Museum Penang kooooo bukan di mansionnya —
ga di melaka ga di penang, selalu ada kisah tentang org jawa dan minang disana, apa jangan2 nusantara bener2 bersatu ga terpisah kyk sekarang 😀
duh ranjangnya bikin pengen… anu tidur
Saya juga merinding lihat foto2 orang jaman dulu, rasanya gimana gitu
Moga2 nanti saya bisa punya kesempatan buat jalan2 di Penang 🙂
tulisanmu yang ini makin bikin aku pengen ke penang lid T_T tapi apa daya, selama belum punya waktu minimal 1 – 2 bulan aku bersumpah tidak akan menginjakkan kaki di asia tenggara dulu :p *lebay*
acie pake sumpah serapah segala, mau langsung ke Turki ya?
Pancen yen udah kuwi paling nggak enak gawe mlaku2. Ra bebas foto2, sayang kamerane..